Contoh Perusahaan yang Mengelola Risiko Politik

Risiko politik adalah bahaya bahwa keputusan atau peristiwa politik akan berdampak negatif pada bisnis Anda. Risiko politik terutama memengaruhi perusahaan yang melakukan bisnis di banyak negara, atau beroperasi di negara selain negara mereka sendiri. Risiko politik dapat berkisar dari perang dan revolusi hingga korupsi dan perubahan undang-undang perpajakan. Mengelola risiko politik melibatkan meneliti risiko potensial sebelumnya, mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko dan memastikan Anda memiliki jalan hukum.

Risiko Pengambilalihan

Pengambilalihan, atau nasionalisasi, oleh pemerintah dapat merupakan risiko politik yang serius, terutama di negara-negara di mana pemerintah tidak dipilih secara demokratis atau di mana ada situasi politik yang tidak stabil. Sebagai contoh, setelah revolusi Kuba, pemerintah Kuba mengambil alih sejumlah besar bisnis Amerika. Bahkan di negara demokrasi, pemerintah dapat memutuskan untuk mengambil alih industri dan perusahaan. Misalnya, pada 2008, Republik Dominika mengambil alih bauksit milik perusahaan pertambangan AS Sierra Bauxita Dominicana. Sebagai tanggapan, perusahaan memutuskan untuk menghentikan operasi di Republik Dominika, untuk menghindari kehilangan lebih banyak uang jika penyitaan berlanjut.

Risiko Protes

Protes politik oleh kelompok lokal dapat mewakili risiko politik di sejumlah industri. Salah satu contohnya terjadi di Brasil pada 2004, ketika sebuah konsorsium perusahaan asing yang berencana membangun pembangkit listrik tenaga air dihantam protes besar-besaran dari kelompok lingkungan Brasil. Konsorsium tersebut, yang dipimpin oleh Alcoa milik AS, merespons dengan menyetujui untuk menghabiskan lebih banyak uang untuk mengkompensasi orang-orang yang dipindahkan dan untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Dengan menyetujui untuk menghabiskan lebih banyak uang, Alcoa berhasil menghindari penundaan besar dari protes. Royal Dutch Shell membantu mengurangi risiko dari protes lingkungan dengan berkonsultasi dengan Greenpeace tentang masalah lingkungan di wilayah operasinya.

Risiko Fisik

Risiko politik dapat mengambil bentuk kekerasan terhadap karyawan, seperti di wilayah kaya minyak Delta Niger di Nigeria. Kelompok-kelompok lokal secara teratur melancarkan serangan terhadap kompleks perusahaan dan menculik pekerja minyak asing, menuntut agar lebih banyak pendapatan minyak dihabiskan di daerah setempat. Perusahaan minyak yang beroperasi di area ini, seperti Shell Oil, sering mengelola risiko ini dengan mempekerjakan perusahaan keamanan untuk melindungi pekerja, dan dengan bernegosiasi untuk membuat sekolah, rumah sakit, dan pekerjaan untuk penduduk setempat.

Risiko Ekonomi

Perubahan ekonomi juga bisa menjadi bentuk risiko politik bagi perusahaan. Misalnya, pemerintah dapat memutuskan untuk menaikkan pajak atas produk, industri, atau perusahaan tertentu; penurunan ekonomi atau perubahan mata uang juga dapat memengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Pada tahun 2000, perusahaan telekomunikasi Econet memutuskan ekonomi yang tidak stabil, inflasi tinggi, dan pemerintahan yang tidak jelas di Zimbabwe merupakan risiko bisnis yang cukup besar. Perusahaan merespons risiko ini dengan melakukan diversifikasi dan memasuki pasar Afrika lainnya. Untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi di Zimbabwe, perusahaan mengirim beberapa teknisi Zimbabwe untuk bekerja di negara-negara baru tempat Econet beroperasi. Ini memungkinkan teknisi untuk menghemat uang dan memungkinkan Econet mempertahankan orang-orang terbaiknya.

Pesan Populer