Contoh Kegagalan Perusahaan Karena Kesalahan Budaya
Ketika sebuah bisnis kecil bersiap untuk melakukan operasi dengan mitra atau pelanggan dari budaya lain, aspek penting untuk keberhasilan usaha itu terletak pada pemahaman tentang perbedaan lintas budaya. Jika orang yang bertanggung jawab atas usaha ini tidak menyadari dampak perilaku mereka terhadap hubungan lintas budaya, kesalahpahaman, perasaan sakit hati dan kesalahan komunikasi yang terjadi sering kali akan menyebabkan kerusakan serius pada upaya-upaya tersebut.
Masalah Bahasa
Nama merek yang menyulap gambar kualitas dan keandalan dalam satu bahasa mungkin memiliki konotasi negatif yang serius dalam bahasa lain. Sebuah pabrik pisau cukur Iran menggunakan nama merek "Tiz, " kata Persia untuk "tajam, " untuk menggambarkan kualitas produknya. Ketika perusahaan mulai mengekspor pisau cukur ke Qatar di dekatnya, mereka mengetahui bahwa "tiz" adalah kata gaul Arab untuk "pantat, " yang oleh penduduk Qatar yang berbahasa Arab dianggap sangat ofensif. Penjualan pisau cukur merosot dan pabrikan Iran kehilangan uang karena kampanye pemasaran yang gagal.
Rasa Hormat dan Hierarki
Budaya yang berbeda juga memiliki konteks yang berbeda untuk menunjukkan rasa hormat kepada atasan dan menerima hormat dari bawahan. Seorang manajer kantor Amerika mengambil posisi serupa di sebuah kantor di Seoul, Korea Selatan. Manajer itu menyatakan ketidaknyamanan pada rasa hormat bahwa bawahannya membayarnya, jadi dia mengatakan kepada mereka untuk memperlakukannya sama. Kurangnya rasa hormat menyebabkan gangguan dalam disiplin dan profesionalisme, dengan karyawan membuang waktu dalam percakapan santai. Kantor kehilangan begitu banyak produktivitas sehingga hampir ditutup dan pengawas dipindahkan.
Berpusat pada Aturan vs Berpusat pada Hubungan
Banyak negara Barat menggunakan pendekatan yang berpusat pada aturan untuk membangun perjanjian bisnis dan menyelesaikan perselisihan. Di negara-negara Timur, pengusaha lebih mengandalkan membangun hubungan individu dengan mitra bisnis mereka, daripada bergantung pada kontrak panjang dan tim pengacara. Misalnya, ketika para pemimpin satu perusahaan Amerika bertemu dengan mitra potensial Jepang, Amerika memberikan kontrak 50 halaman pada awalnya. Karena para pemimpin Jepang merasa bahwa Amerika tidak meluangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan mereka, mereka menolak untuk membaca kontrak dan memutuskan negosiasi.
Gambar Agama
Salah satu batu ujian yang paling sensitif terhadap budaya apa pun adalah agamanya. Penyalahgunaan ikonografi agama dapat merusak citra perusahaan dengan para pelanggan itu. Selama Piala Dunia 1994, botol-botol bir Heineken menampilkan bendera semua peserta dalam turnamen terbesar sepak bola, termasuk Arab Saudi. Bendera negara menunjukkan ayat dari Al-Qur'an, kitab suci Islam. Al-Quran melarang penggunaan alkohol, jadi ribuan Muslim mendaftarkan pengaduan ke pembuat bir untuk menampilkan ayat tersebut.