Perbedaan Etis di Tempat Kerja

Etika organisasi merupakan standar perilaku formal dan informal yang memandu perilaku di tempat kerja. Standar-standar ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kejujuran, rasa hormat dan nilai-nilai positif. Mungkin juga bagi karyawan untuk mempelajari perilaku ini dari satu sama lain. Perbedaan dalam latar belakang budaya juga berkontribusi pada cara karyawan menghadapi dilema etis di tempat kerja. Namun, adalah mungkin bagi pengusaha bisnis kecil dan karyawan mereka untuk mengurangi contoh perbedaan etika di tempat kerja.

Rasionalisasi

Sebuah laporan oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa karyawan dan manajer memberikan berbagai rasionalisasi untuk membenarkan perilaku yang mereka anggap tidak etis. Ini termasuk mengklaim bahwa suatu tindakan adalah praktik standar atau tidak merugikan siapa pun. Karyawan lain, yang tidak setuju dengan perilaku manajer mereka, memilih untuk tetap loyal kepada organisasi daripada melaporkan malpraktek. Rasionalisasi ini, ketika dibiarkan berjalan, memperburuk perbedaan etika antara karyawan dan juga antara karyawan dan manajemen.

Pemimpin Manajerial

Kepemimpinan memiliki dampak signifikan terhadap budaya organisasi yang etis. Ketika kepemimpinan terlibat dalam praktik-praktik yang tidak etis, ada kemungkinan bahwa karyawan akan memilih untuk melanggengkan budaya yang tidak etis. Kepemimpinan yang tidak etis juga memiliki efek demoralisasi karyawan, terutama mereka yang ingin melakukan hal yang benar. Namun, kepemimpinan organisasi yang teguh memiliki kapasitas untuk menyatukan beragam pendapat etis karyawannya. Ini dilakukan melalui pembuatan kebijakan yang mempromosikan praktik etis dan penetapan sanksi untuk perilaku tidak etis.

Program Etika

Program etika adalah serangkaian kebijakan dan praktik yang membantu karyawan dan manajer untuk menghadapi dilema etika di tempat kerja. Menurut Pusat Kepemimpinan Asosiasi, banyak organisasi semakin membangun program etika tempat kerja. Program etika membuat saluran aman untuk melaporkan malpraktik tempat kerja. Mereka juga merupakan upaya yang disengaja untuk memandu karyawan menjauh dari situasi di mana mereka dipaksa untuk berpartisipasi dalam perilaku tidak etis hanya untuk mempertahankan pekerjaan mereka.

Whistle-Blowing

Whistle-blowing biasanya pilihan terakhir bagi karyawan yang mengalami praktik tidak etis. Pilihan untuk meniup peluit adalah pilihan yang berisiko yang mungkin merugikan karyawannya. Oleh karena itu, penting bagi karyawan untuk terlebih dahulu menangani masalah ini secara internal dengan melaporkan praktik tidak etis ke tingkat kepemimpinan dalam organisasi. Penting juga untuk memiliki bukti substansial dan memiliki karyawan lain sebagai saksi atas perilaku tidak etis tersebut.

Pesan Populer