Hepatitis C & Keamanan Kerja
Hepatitis C, juga dikenal sebagai HCV, adalah virus yang biasanya menyebar melalui hubungan seksual, tetapi juga dapat menginfeksi seseorang melalui cairan tubuh, menurut National Digestive Disease Information Clearinghouse. Orang yang terinfeksi hepatitis C sering takut bagaimana orang lain akan memperlakukan mereka begitu kondisi mereka diketahui, terutama majikan. Pengangkut hepatitis C biasanya dilindungi oleh undang-undang anti-diskriminasi, jadi bisnis kecil harus berhati-hati untuk tidak memperlakukan mereka secara berbeda dari pekerja lain.
Fakta
The American With Disabilities Act (ADA) melindungi orang dengan penyakit dari diskriminasi di tempat kerja, seperti penghentian karena penyakit, menurut Proyek Dukungan Hepatitis C. Namun, ini tidak berarti bahwa memperoleh HCV membuat seseorang dinonaktifkan berdasarkan ADA. Untuk pembawa HCV untuk mendapatkan perlindungan di bawah ADA, ia harus menunjukkan gejala infeksi HCV, seperti kelelahan.
Usaha kecil
Operator hepatitis C kurang memiliki keamanan di bisnis kecil karena ADA hanya berlaku untuk perusahaan dengan 15 karyawan atau lebih, menurut Proyek Dukungan Hepatitis C. Misalnya, majikan mungkin menolak promosi karena majikan berpikir bahwa HCV berarti pekerja dengan penyakit tidak dapat menangani pekerjaan yang lebih membuat stres.
Akomodasi yang masuk akal
Perusahaan yang tunduk pada ADA diharuskan membuat "akomodasi yang wajar" bagi mereka yang memiliki HCV, menurut situs web informasi hukum Nolo. Akomodasi yang masuk akal mencakup hal-hal seperti cuti medis jangka pendek dan membuat jadwal kerja berdasarkan kemampuan pembawa HCV. Tapi apa yang merupakan akomodasi yang masuk akal bisa menjadi daerah abu-abu. Cuti medis jangka panjang bisa terlalu membebani majikan, misalnya.
Komisi Peluang Kerja yang Setara
Karyawan dengan HCV harus mempertimbangkan untuk menghubungi kantor Komisi Kesempatan Kerja Setara (EEOC) setempat mereka jika majikan memecat mereka karena mereka tertular penyakit atau jika majikan menolak untuk membuat akomodasi yang wajar, menurut Nolo. EEOC bertanggung jawab untuk melaksanakan peraturan ADA.
Undang-Undang Cuti Keluarga dan Medis
Secara umum, majikan yang tunduk pada ADA juga harus mematuhi Undang-Undang Cuti Keluarga dan Medis (FMLA), menurut Nolo. FMLA mengharuskan perusahaan menawarkan hingga 12 minggu cuti yang tidak dibayarkan kepada karyawan sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan medis. Selain itu, undang-undang negara bagian dapat menawarkan perlindungan tambahan selain ADA dan FMLA.